JAKARTA, KOMPAS — Forum Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim DKI Jakarta menggelar edukasi tanggap bencana, Minggu (8/5), di tepi Sungai Ciliwung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Edukasi itu diharapkan mampu membentuk mental masyarakat sadar bencana sejak usia dini.
HARIS PRAHARA. Sejumlah anak sekolah dasar mengikuti edukasi tentang bencana di tepi Sungai Ciliwung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (8/5). Edukasi itu dilakukan untuk memperingati ulang tahun ke-2 Forum Pengurangan Risiko Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim DKI Jakarta.
Acara edukasi bencana itu diberikan kepada sekitar 30 anak SD untuk memperingati Hari Ulang Tahun Ke-2 Forum Pengurangan Risiko Bencana Provinsi dan Adaptasi Perubahan Iklim (Forum PRB-API) DKI Jakarta. Mereka diedukasi untuk menjaga kebersihan Sungai Ciliwung, mengenali rambu bencana, serta menyusun prakarya dari sampah tidak terpakai.
“Pada ulang tahun kedua ini, kami fokus mengedukasi pengurangan risiko bencana pada anak muda dan komunitas masyarakat,” kata Ketua Forum PRB-API DKI Jakarta Anton Agus Haryanta di sela-sela acara.
Menurut Anton, perubahan perilaku warga Jakarta terhadap antisipasi bencana harus dimulai oleh generasi muda sehingga mereka dapat menyebarluaskan edukasi itu saat sudah dewasa.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Denny Wahyu menyebutkan, karakter anak muda relatif mudah dibentuk untuk sadar bencana. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan tidak dapat bersifat seremonial, tetapi praktik langsung di alam.
“Imbauan pemerintah, termasuk saya, kadang tidak didengar masyarakat. Tetapi, kalau anak muda yang bicara, efeknya lebih terasa bagi publik,” ujar Denny.
Salah satu program yang dilaksanakan BPBD untuk edukasi bencana kaum muda adalah Sekolah Aman Bencana. Program itu akan dijalankan pada enam sekolah luar biasa di Jakarta pada 2016. “Kami memberi penyuluhan kepada guru serta muridnya mengenai bahaya kebakaran, banjir, dan lain-lain,” ujarnya.
HARIS PRAHARA
HARIS PRAHARA
BPBD kini memprioritaskan program pengurangan risiko bencana dibandingkan tanggap darurat bencana. “Diharapkan dapat mengurangi jumlah korban serta fasilitas yang rusak saat terjadi bencana,” ucap Denny.
Pengurangan risiko bencana dilakukan melalui mitigasi struktural, seperti normalisasi sungai di Jakarta serta pembersihan sampah. Selain itu, terdapat mitigasi nonstruktural, antara lain peningkatan kualitas aparatur pemerintah dan kerja sama dengan lembaga masyarakat.
“Edukasi seperti ini membuat saya dan teman-teman menjadi tahu arti rambu-rambu bencana karena di sekolah tidak diajarkan,” ungkap Anida (11), peserta edukasi bencana.
Susur Ciliwung
Pada perayaan ulang tahun kali ini, Forum PRB-API DKI Jakarta juga menyusuri Sungai Ciliwung di kawasan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang berbatasan dengan Depok, Jawa Barat. Aliran sungai dengan lebar 20 meter-30 meter itu lancar dan tidak terlihat sampah mengambang. Di sisi kiri dan kanan sungai, pepohonan tumbuh lebat. Hanya sedikit ada bangunan permukiman.
“Kami sering menyisir aliran sungai dan membersihkan sampah di sana. Semoga saja sungai yang bersih itu menginspirasi warga untuk tidak membuang sampah sembarangan lagi,” ujar Ketua Masyarakat Peduli Ciliwung Usman Firdaus. (C08)
HARIS PRAHARA
HARIS PRAHARA
HARIS PRAHARASejumlah petugas Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta tengah membersihkan pinggiran Sungai Ciliwung di kawasan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, dari sampah, Minggu (8/5). Sungai dengan lebar sekitar 20-30 meter itu terlihat bersih dengan aliran air yang lancar.